The Last Man Standing: Pemimpin di Tengah Krisis (Menyelami Makna “Nilai” Part 2)
Refleksi Perjalanan Lapangan

Masih dalam satu tarikan nafas dengan tulisan sebelumnya tentang menyelami makna nilai, perjalanan kali ini membawaku melangkah lebih dalam. Pekan lalu, dari Kaltim ke Makassar, lanjut jalur darat menuju Sorowako, kembali ke Makassar, lalu ke Kendari, dan jeda sejenak untuk berlanjut menyeberang ke Borneo.
Rute panjang ini bukan sekadar memindahkan tubuh, tetapi menjadi ruang kontemplasi; membuka hati dan pikiran untuk mendengar, melihat, dan merasakan denyut kehidupan nyata orang-orang di lapangan.
Di setiap titik singgah, aku menjumpai wajah-wajah itu.
Mereka yang tetap berdiri di tengah tekanan.
Mereka yang memilih bertahan di garis depan saat badai datang dari segala arah.
Bahkan mereka yang masih belajar membaca arah angin; karena tidak semua terpikirkan, dan tidak semua mudah diikuti.
Hari ini, industri ini memang sedang tidak baik-baik saja.
Harga turun, pasar melambat, dan tekanan efisiensi menjadi rutinitas yang harus dihadapi.
Banyak yang merasa tidak siap, ada yang mulai ragu.
Namun, di tengah situasi itu, aku menemukan sesuatu yang tak tergantikan:
Orang-orang yang tetap berdiri, dan berdiri bersama.
Dari seorang leader yang tetap memegang amanah di tengah keterbatasan,
Hingga operator yang berangkat di fajar pertama dengan senyum sederhana.
Mereka semua adalah wajah sejati dari semangat yang tak pernah padam.
Dan di sanalah aku benar-benar memahami,
Menjadi pemimpin di tengah krisis bukan tentang siapa yang paling kuat atau paling tahu.
Menjadi pemimpin adalah tentang berani tetap berdiri ketika yang lain mulai goyah.
Menjadi jangkar di tengah guncangan, menjadi penerang di saat keraguan.
Namun aku juga sadar, berdiri sendiri tidak akan pernah cukup.
Dalam organisasi sebesar ini, tak ada satu orang pun yang mampu memikul semuanya sendiri.
Yang kita butuhkan adalah energi kolektif, semangat yang menyala di setiap orang, hubungan yang saling menguatkan, dan kesadaran bersama bahwa kita sedang berlayar di kapal yang sama.
Dan semua itu tidak akan pernah hidup…
Jika tidak ditopang oleh nilai.
Nilai adalah fondasi yang menggerakkan keberanian seorang pemimpin.
Nilai adalah kompas yang menjaga arah di tengah ketidakpastian.
Nilai pula yang menjadi perekat antar manusia di tengah segala perbedaan.
Ketika seorang pemimpin berdiri, ia tidak berdiri karena sekadar tugas atau jabatan.
Ia berdiri karena ada keyakinan yang tumbuh dari nilai.
Nilai tentang menghargai sesama.
Nilai tentang keberanian memikul tanggung jawab.
Nilai tentang ketulusan melayani.
Dan ketika nilai itu hidup, seorang pemimpin tak hanya berdiri…
Ia menjadi penyala semangat bagi orang lain.
Karena nilai itu menular, bukan lewat slogan, tapi lewat keteladanan dan tindakan.
Aku belajar itu dari momen-momen kecil di lapangan…
Ketika di sela-sela rutinitas, mereka berkumpul hanya karena ada cobek sambal yang diulek bersama.
Obrolan sederhana tercipta, kadang diselingi tawa,
Kopi diseduh seadanya, tangan-tangan berbeda ikut mencicip,
Tapi justru dari kebersamaan yang sederhana itulah,
Percakapan mengalir, rasa percaya bertumbuh,
Dan tanpa sadar, semangat yang tadinya tercecer, kembali terhubung.
Di situlah nilai menemukan bentuk nyatanya.
Bukan di spanduk, bukan di piagam penghargaan.
Tapi di hati-hati yang terhubung dalam kebersamaan.
Inilah tantangan terbesar kita sebagai pemimpin:
Bagaimana menyalakan nilai itu di setiap hati,
Menghubungkannya menjadi energi kolektif,
Dan menggerakkannya menjadi satu gelombang perubahan bersama.
Karena transformasi bukan soal strategi atau restrukturisasi semata.
Transformasi adalah tentang manusia yang hidup di dalamnya.
Dan manusia hanya akan bergerak ketika mereka merasa dihargai, terhubung, dan dipercaya sebagai bagian dari perjalanan besar ini.
People are the true game changer
And values are the fuel that ignite them.
Karena itu, kita tidak bisa berdiri sebagai “the last man standing” yang sendirian di garis depan.
Kita butuh barisan yang berdiri bersama,
Barisan yang diikat oleh nilai, terhubung oleh semangat,
Dan berjalan dalam satu irama perjuangan.
Misi kita bukan sekadar bertahan.
Misi kita adalah menyalakan semangat, membangun koneksi, dan menggerakkan seluruh lini agar berdiri dalam satu irama perjuangan.
Mengubah transformasi menjadi gerakan nyata,
Menjadikan nilai sebagai kekuatan hidup,
Dan menjadikan setiap orang sebagai pemilik visi organisasi ini.
Karena pada akhirnya, sejarah organisasi tidak ditentukan oleh badai yang datang,
Tapi oleh siapa yang memilih berdiri.
Dan siapa yang memilih berdiri bersama,
Didorong oleh nilai yang dihidupi bersama.
We stand together on values.
We stand together to transform.
We stand together to win.
Kalimantan Selatan, 18 Juli 2025
Rendy Artha
Leave a comment